Friday 23 November 2018

Sejarah Kuda Gepang Khas Banjar Kalimantan Selatan

Hasi sobat Bloggers.

Tersentil dari pembahasan di grub WA saya, di InfoMahasiswa STIA Tabalong, ada perbincangan soal Kuda Gepang, setelah perayaan jadwal Hari jadi Tabalong yang ke 53 di sebarkan oleh Diskominfo Kabupten Tabalong. Ada salah seorang Mahasiswi, bertanya : Kenapa Ko Seni Kuda Gepang paling banyak muncul di jadwal pagelaran perayaan Hari Jadi Tabalong yang ke 53 ya ?,.. 


Padahal setau saya Kuda Gepang identik dengan tradisi jawa " Tutur seorang teman yang bertanya tadi. Dan kemudian saya ajak Flashkback kembali di acara TEF Tahun 2017, dan saya share berupa Screnshot tentang artikel yang memberikan penjelasan sejarah Kuda Gepang. dan ternyata di Suku Banjar juga ada seni Kuda Gepang, namun berbeda dari punya orang jawa. lebih lengkapnya supaya sobat paham, langsung saja simak penjelasan berikut ini.

Kuda Gepang (Kuda Gipang) adalah sebuah tarian tradisional masyarakat khas Banjar yang terbilang mulai langka. Beberapa pelaku seni yang masih memainkan tari kuda gepang ini terdapat di Kecamatan Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

      Pada tahun lalu, saat acara TEF 2017 saya juga kaget menyaksikan tarian seni kuda gepang yang dibawakan oleh seorang  laki-laki, mulai dari busana dan cara membawakan kudanya pun berbeda, yaitu di kepit di ketiak dan dipegang dengan satu tangan.

      Bagi mereka yang biasa menyaksikan Kuda Lumping, mungkin akan heran melihat gaya penari Kuda Gepang Banjar yang tidak menunggang kudanyanya, melainkan dikepit di ketiak. Kenapa demikian?

      Menurut cerita, karena raja Banjar zaman dulu sakti-sakti. Alkisah, seorang raja yang bernama Lambung Mangkurat berlayar ke Jawa dengan kapal Prabayaksa untuk menemui Raja Majapahit. Di sana sang raja disambut oleh Gajah Mada dan kemudian diantar bertemu Raja Majapahit. 

      Seminggu di istana,  Raja Lambung Mangkurat berniat pamit pulang ke Negara Dipa. “Wayah parpisahan raja Majapahit mambari saikung kuda putih nang ganal lagi gagah, kuda nitu paling harat di karajaan Majapahit,” tulis budayawan Syamsiar Seman dalam bukunya Burung Karuang, Basa Banjar Gasan SD Kelas 3. Maksudnya, saat perpisahan raja Majapahit memberikan hadiah seekor kuda besar berwarna putih dan gagah, kuda terbaik di kerajaan Majapahit.

      Tumenggung Tatah Jiwa, pengiring Raja Lambung Mangkurat menyarankan agar sebelum dimasukkan ke kapal Prabayaksa, kuda pemberian raja Majapahit itu dicoba dulu ditunggang untuk mengetahui kehebatannya.

      Tiga kali Raja Lambung Mangkurat mencoba menunggang kuda itu, kuda itu selalu lumpuh. Akhirnya, Lambung Mangkurat mengeluarkan kesaktiannya, memejamkan matanya, lalu memeluk tubuh kuda itu. Badan Raja Lambung Mangkurat bertambah besar, sementara tubuh kuda tampak mengecil.

     “Kuda itu dikacak Lambung Mangkurat, dikapit di katiak, tarus dibawa masuk kapal si Prabayaksa,” tulis Syamsiar lagi. Artinya, kuda itu dipegang Lambung Mangkurat, dikepit di ketiak, lalu dibawa naik ke kapal si Prabayaksa. Kapal Prabayaksa pun berlayar menuju pulang ke Banjar Negara Dipa. Sejak itulah tarian kuda gepang hingga kini kesenian tari Kuda Gepang kudanya dijepit di ketiak.


Tidak Ada Unsur Magic

TARI Kuda Gepang ini sangat mirip dengan salah satu permainan yang ada di pulau Jawa, yakni  Kuda Lumping. Namun ada beberapa perbedaan antara tari Kuda Gepang dengan Kuda Lumping.

Salah seorang Budayawan Kalsel, Drs Mukhlis Maman mengatakan ada beberapa perbedaan mendasar antara permainan Kuda Lumping dengan tari Kuda Gepang.

Dia menjelaskan, perbedaan yang dapat dilihat dari segi cara menggunakan properti tersebut, busana yang digunakan, maupun musik penggiringnya.  

Jika diperhatikan dengan seksama, properti yang dibuat menyerupai kuda, antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang akan berbeda.

Punggung Kuda Gepang tidak dalam lekukannya, sementara Kuda Lumping lebih dalam. Hal ini berkaitan dengan cara penggunaannya. Kuda Lumping dimainkan dengan cara ditunggangi.

Sementara Kuda Gepang hanya dijepit pada bagian ketiak saja oleh penarinya. Kemudian untuk musik penggiringnya, Kuda Gepang selalu diiringi dengan musik gamelan Banjar dan busana yang digunakan adalah pakaian kida-kida.

Selain berbeda propertinya, buasana yang digunakan dan musik penggiringnya, ternyata ada hal yang mendasar, yang menjadi perbedaan antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang.

"Cara menampilkannya, jika Kuda Lumping selalu menampilkan unsur magic, maka Kuda Gepang tidak demikian," ujar Mukhlis.

Selain itu, lanjutnya, penari Kuda Gepang selalu berperan sebagai seorang penari. Makanya dia tidak seperti pemain Kuda Lumping, yang suka memakan beling dan lain sebagainya.

Dan menurut analisa saya pribadi, pada dasarnya memang jarang kita jumpai tarian seni Kuda Gepang ini di Daerah Kabupaten Tabalong baik itu saat acara pernikahan ataupun acara besar. Dan ini menurut saya adalah hal baru dan bagus sekali kalau Seni Kuda Gepang di tampilkan lebih dari satu kali pertemuan, menurut saya ini keputusan yang bagus, agar masyarakat luas khususnya kaum muda mudi atau orang Tua tau bahwa memang benar ada juga seni Kuda Gepang khas banjar.


Jangan sampai tari tradisonal yang sudah ada sejak jaman dahulu hilang tergerus budaya zaman yang semakin kompleks. Semoga masyarakat yang menyaksikan nanti dapat mengambil pelajaran dan juga ikut melestarikan Tari Kuda Gepang dan juga seni yang lainnya.


Dan untuk jawaban yang akurat, bisa langsung menghubungi bagian panitia atapun pihak disporapar, tentang hal tersebut.


Semoga ulasan artikel ini dapat menambah wawasan kita semua.

Sumber Refrensi : 

http://ridaganteng.blogspot.com/2014/04/kuda-gepang.html